Diberdayakan oleh Blogger.

Sugeng Rawuh Wonten Mriki Kabar Gombong dan Sekitarnya

10 Sep 2008

Adat Daerah



Kenduri

Kenduri atau Kenduren (Bhs. Gombonge) adalah acara selamatan yang biasa dilakukan ketika
melakukan acara hajatan. Misalnya ada acara kelahiran, perkawinan, memperingati hari raya,
bersih desa, syukuran, dsb. Pada acara kenduren biasanya dibuat nasi tumpeng, ambeng,
disertai ayam rebus, lauk tempe, srundeng, tumis kacang, sayur nangka dalam takir, berkedel,
krupuk, jajanan pasar, dsb. Acara dilakukan diruang tamu atau dibalai-balai dengan dialasi
tikar dan daun pisang. Acara kenduren dipimpin oleh seorang kyai atau kaum yang memimpin
bacaan doa bersama. Setelah doa selesai dilanjutkan makan bersama atau makanannya dibawa
pulang dengan dibingkus daun pisang atau besek, dan dibagi-bagi ke tetangga-tetangga
terdekat dan fakir miskin.




Sesaji

Sesaji atau sajen (Bhs. Kebumen) adalah bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa yang direpresentatifkan dengan membakar kemenyan, makanan, binatang ternak, dsb.
Prosesi pemberian sesaji adalah warisan / peninggalan jaman jawa kuno. Meskipun sekarang
mayoritas penduduk jawa adalah beragama Islam, namun karena adanya pengaruh kejawen yang
kuat, masih banyak penduduk yang melakukan sesaji. Biasanya pada acara perkawinan, hajatan,
pesta, menanam padi di sawah, dan acara ritual lainnya. Disamping itu sesaji dilakukan untuk
menolak bala dan bencana. Apa saja sih isi dari sesaji itu? Biasanya terdiri makanan dalam
jumlah kecil, seperti nasi, sayur, lauk, yang dimasukkan dalam takir, kelapa muda/degan,
jenang merah putih, rokok, dan kemenyan. Sesaji ini ditaruh dalam baki/nampan kecil atau
dibungkus daun kelapa dan biasanya diletakkan misalnya di sawah, perempatan jalan, depan
rumah, dipojok pekarangan, atau ditempat-tempat tertentu. Bahkan dalam hari-hari tertentu,
ada sesai berupa air dan daun "tawa" dan kembang telon diletakkan di halaman rumah atau
balai-balai rumah. Dipandang dari segi agama, sebenarnya memberi sesaji termasuk syirik,
namun begitu adat ini masih tetap berlangsung bagi orang-orang tertentu dsb.





Ruwatan

Acara ruwatan adalah merupakan metode pensucian diri yang dipercaya dapat untuk
menghindari naas, kesusahan, menolak bala dan bencana. Orang-orang jawa yang menyandang
kesusahan itu disebabkan oleh gangguan Bathara Kala, sehingga untuk menghilangkan gangguan
tersebut harus diruwat. Disamping itu dengan diruwat, diyakini akan terhindar dari gangguan
Bathara Kala. Personifikasi Bethara Kala adalah raksasa yang suka memangsa, dalam hal ini
membuat kesusahan seseorang. Siapa saja orang jawa yang wajib diruwat? Biasanya anak tunggal
(ontang-anting), anak laki-laki lima (pandawa lima), anak laki-perempuan-laki (sendang kapit
pancuran), anak perempuan-laki-peremupan (pancuran kapit sendang), dan orang yang hidupnya
sial melulu. Prosesi ruwatan dilakukan dengan menanggap wayang kulit dengan lakon murwakala
dengan tokoh sentral Bathara Kala yang menguber-uber yang diruwat. Prosesi ruwatan dipimpin
oleh dhalang yang mumpuni, sementara itu anak atau orang yang diruwat duduk dibelakang
kelir, dengan posisi kelir didepan dhalang dibuka.

1 komentar:

  1. Na....nek kenduren itu baru specially dari Jawa.Malah Anak Bojoku seneng melu kenduren.Buat mereka itu sesuatu yg bener2 Traditional,karena di Jerman nggak ada.he he he he

    BalasHapus