Barangkali hanya satu-satunya Soto di Indonesia yang dicampuri gethuk.Banyak penjual soto di sepanjang pusat kota Gombong. Namun, soto yang paling lama ada adalah soto milik Sukiman (73). Warung soto Pak Kiman yang diberinama ‘Sopo Nyono’
(Siapa Menyangka-red), sudah ada sejak tahun 1958. Bangunan warungnya boleh dibilang sangat sederhana, tapi soal rasa, siapa sangka?. Oleh karenanya banyak pelanggan dan konsumen yang tidak menyangka rasanya yang luar biasa.
Warung soto Pak Kiman yang berada di Jalan Yos Sudarso 155 Gombong, juga terbilang sangat sederhana. Jangan berpikiran jika bangunan warung sotonya permanen seperti warung soto yang tersebar di Jakarta. Lokasi warungnya, jika perjalanan darei arah
Barat, lokasi warungnya berada di sisi kanan, sekitar 50 meter ke arah Timur dari gedung Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gombong.
Sejak dulu, warung soto Pak Kiman masih menggunakan bangku dan meja panjang dari kayu yang sederhana. Dinding warung pun dari kayu yang catnya mulai memudar dimakan usia. Namun, kesederhanaan itu tidak mengurangi minat para pecinta soto pak Kiman. Rupanya, nama Sukiman sudah begitu melekat di hati para pengemar soto. Sukiman sendiri sudah
berjualan soto sejak tahun 1958 dengan berjualan keliling kampung. Sementara warung soto pak Kiman mulai menetap pada tahun 1995.
Bagi Sukiman, berjualan soto sudah begitu mendarah daging. Suka duka sudah dilaluinya hampir separuh abad. Berawal dari soto keliling, akhirnya Sukiman memilih menetap di warungnya sekarang. “Saya berjualan soto saat harga per mangkuknya empat sen, hingga sekarang Rp 5.000,-,” ujar Sukiman yang selalu ramah menyapa pelangganya.
Soto buatan Sukiman dikenal sebagai soto khas Gombong. Adapun yang membedakan dari jenis soto lain, soto gombong dilengkapi dengan daging ayam kampung dan perkedel singkong.Mi suun, sayur kubis dan kecambah disajikan dalam kuah bening. Pelanggan
tinggal memilih, menyantap soto dicampur nasi, lontong atau kuahnya dipisah. Yang jelas, soto pak Sukiman yang bisa bikin “sumringah” itu membuat ketagihan.”Sekali mencoba banyak sekali yang datang lagi kemari,” ujar Sukiman.
Warung soto yan buka setiap hari, dari jam 11.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Pelanggannya tidak hanya datang dari Kebumen saja. Bahkan ada yang datang dari Purwokerto, Jogjakarta hingga Jakarta. Tak heran, meski warung sederhana, para
pelanggan soto Pak Sukiman banyak yang datang menngunakan mobil.
Kondisi warung akan semakin ramai saat musim libur dan lebaran tiba. Nikmatnya soto Pak Sukiman menyebar dari mulut ke mulut. Alhasil, pelanggan soto pak Sukiman ada yang sampai tiga generasi, Dari mulai kakek,anak hingga cucu.
Meski sudah berpuluh tahun berjualan soto, Pak Sukiman masih menangani sendiri racikan sotonya. Sapaan ramahnya pun selalu menyambut tamu yang datang ke warung. “Saya masih menyajikan sendiri soto ke para pelanggan setia kami,” ujarnya
tersenyum.
Dalam berjualan, Sukiman dibantu ketiga anaknya dan beberapa cucunya. Mereka bekerja secara bergantian. Sukiman mulai menyiapkan masakan soto sejak pukul 06.00. Sehari, soto daganganya n mulai menyiapkan masakan soto sejak pukul 06.00. Dalam
sekarang Rp 5.000,-,”anan menghabiskan daging 2 ekor ayam kampung. “Biar dagingnya terasa empuk, saya selalu menggunakan daging ayam kampung betina yang masih muda,” ujar Sukiman.Soal bumbu yang dipakai, tidak beda dengan bumbu soto lainnya yakni mrica, pala, jahe, kunyit dan kemiri. Setelah dihaluskan, semua bumbu tersebut dimasukkan bersama-sama dengan sayuran hingga mendidih. Setelah mendidih, barulah daging ayam
sumber sepenuhnya dari sini
Pancen sotone enak tenan mas, sotone tanggaku. Sing liwat nggombong aja klalen mampir nang Soto Gombong SOPO NYONO :)
BalasHapushaaaaaaaaa... aku kangen maem soto ini lagi...
BalasHapuskangen jalan - jalan dipasar gombong juga...
moga lebaran depan bisa ke kampung halaman orang tuaku ini.. hiks hiks...